Selasa, 26 Oktober 2010

PENGARUH MAKANAN TERHADAP ABSORBSI TABLET SALUT ASAM ASETILSALISILAT

            Asam asetilsalisilat yang lebih dikenal dengan nama Aspirin atau Asetosal adalah obat yang berfungsi debagai analgesik dan antipiretik serta anti inflamasi yang sangat luas digunakan dan digolingkan dalam obat bebas. Dalam absorbsinya aspirin dipengaruhi oleh makanan efek samping yang paling umum dari dosis terapi aspirin adalah gangguan pencernaan seperti mual, dispepsia, dan muntah. Gejala gastrointestinal dapat diminimalisasi dengan memberikan aspirin dengan makanan. Dalam jurnal penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang pengaruh makanan terhadap absorbsi asam asetil salisilat dalam bentuk sediaan tablet salut enterik pada pasien yang berada dalam keadaan puasa dan tidak puasa.
            Dalam penelitian ini digunakan doa obat salut enterik asam asetilsalisilat dengan dua bentuk yang berbeda yaitu tablet (Premaspin) dan butiran (Reumyl ®), sedangkan untuk standarnya digunakan Aspirin®. Asam asetilsalisilat, diketahui dapat menyebabkan pendarahan pada pencernaan pada kebanyakan orang yang mengkonsumsi asam asetilsalisilat ini dalam dosis terapi yaitu 3-4 g per hari. Maka dari itu salah satu cara untuk mengurangi efek samping ini adalah dengan memodifikasi sediaan asam asetil salisilat dengan menyalut tablet tersebut menggunakan salut enteric

            Untuk uji konsentrasi obat dalam plasma darah, penelitian dilakukan dengan responden sejumlah 8 orang pria berusia antara 21-25 tahun. Tiap orang mengalami 6 macam test yang berbeda yang dirancang acak urutanya dengan interval tiap tes selama 3 hari. Tiap tes dimulai pukul 8 pagi dengan responden dalam keadaan puasa selama 10 jam, setelah diambil sampel darahnya baru dilakukan pemberian asam asetilsalisilat sebanyak 1 gram bersama 100ml air dan kemudian diambil sampel darahnya. Percobaan lainya dilakukan dengan terhadap responden dalam keadaan tidak puasa, namun dengan pola makanan yang diatur oleh peneliti, dengan sampel darah diambil selama 10 jam, setelah 4 jam baru diberikan makan siang dengan pola makanan yang juga diatur, dan responden tidak diijinkan berbaring, hanya duduk atau berjalan di sekitar laboratorium saja.
            Uji yang lainnya adalah uji kadar urine, dimana responden diambil 8 orang pria yang berusia antara 29-43 tahun dengan metode yang digunakan hampir sama dengan yang digunakan dalam menguji plasma darah dengan waktu pengujian yang berbeda yaitu selama 48 jam.
            Percobaan dilakukan dengan sediaan yang berbeda yaitu :
  1. Conventional Tablets (CT), ASA 0.5 g (Aspirin ®, Bayer, batch 6634N)
  2. Enteric-Coated Tablets (ECI), ASA 0.5 g (Premaspin, Lfifike, batch 210125)
  3. Enteric-Coated Granules (ECG), dalam salut gelatin , ASA 0.5 g (Reumyl ®, AB Haessle, batch H7543)
Hasil yang diperoleh dari percobaan ini adalah bahwa dalam keadaan puasa kedua tablet salut enterik  memberikan kadar plasma yang rata-rata hasilnya sama dengan asetil salisilat. Bila diberikan dengan makanan, tingkat plasma ECG hampir sama dengan salisilat ketika dalam keadaan puasa, sebaliknya ECI memberikan kadar makanan yang lebih rendah ketika diberikan bersama dengan makanan. Sedangkan pada uji urine diapatkan perbedaan asam salisilat dalam urine antara waktu puasa dan tidak puasa, namun data yang didapatkan tidak signifikan.
            Tablet salut enterik memang banyak mendapat kritikan tentang resiko absorbs yang tidak maksimal dalam tubuh, namun dalam penelitian lain dikatakan bahwa absorbs juga dipengaruhi pada keadaan lambung. Dalam penelitian ini terdapat variasi absorbs obat, dimana dalam keadaan puasa ECT absorbsinya lebih besar dibandingkan dengan tablet biasa dan ECG. Sedangkan ketika dalam keadaan tidak puasa, penyerapan ECT tidak maksimal pada subyek penelitian. Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa Enteric Coated Tablet ( tablet salut enterik ) dan tablet biasa mengalami penurunan daya absorbsi ketika pemberianya disertai dengan makanan, dan untuk mengatasi efek samping pendarahan lambung dapat digunakan ECG ( enteric coated granule ) dimana setelah kapsul gelatin larut, maka granul akan langsung tersebar di dalam lambung dan langsung mengalami absorbsi dan tidak ada pengaruh dari makanan sendiri, sehingga granul salut enterik ini dapat digunakan dalam pengobatan menggunakan asam asltilsalisilat dalam jangka waktu panjang, dengan meminimalisir efek dari pendarahan lambung.

reviewed from : European Journal of Clinical Pharmacology
Influence of Food on the Absorption of Acetylsalicylic Acid
from Enteric-Coated Dosage Forms
written by : C. Bogentoft, I. Carlsson, G. Ekenved, and A. Magnusson
Research Laboratories, AB Hassle, Mrlndal, Sweden

Tidak ada komentar:

Posting Komentar